top of page
Untitled

GRATIS RIBUAN TONG CUCI TANGAN DAN MASKER UNTUK MASYARAKAT

Menyebut nama Komunitas Relawan Taman Daun di Lembata hari-hari ini, identik dengan kelompok gerakan cegah Covid-19 ( corona virus disease ). Komunitas ini dianggap paling konsisten dalam urusan pencegahan penyebaran, walau jauh sebelumnya sudah populer dengan gerakan literasinya.


Bagaimana tidak, sejak pertengahan Maret 2020 lalu, saat masyarakat Lembata masih berwacana tentang upaya pencegahan penyebaran Covid-19, Taman Daun sudah mengeksekusi konsepnya dengan membagi-bagi wadah cuci tangan secara gratis.


Mulai dari Rumah-rumah Sakit, Puskesmas, Polindes, Posko Covid 19, kantor-kantor Pemerintahan, bahkan kantor DPRD Lembata, masyarakat di kota Lewoleba hingga masyarakat di desa-desa, turut kebagian. Dari puluhan wadah, hingga mencapai 2000-an wadah cuci tangan saat ini.


Begitupun dengan masker yang sulit didapatkan di toko dan apotik di Lembata. Taman Daun mampu memproduksi sendiri ribuan masker lalu dibagikan kepada masyarakat Lembata secara gratis.


Hingga hari ini, Taman Daun pun terus memproduksi dan membagi masker secara gratis kepada pedagang di pasar, di rumah-rumah warga, bahkan sebagian masyarakat datang langsung ke markas komunitas ini, demi mendapatkan salah satu jenis alat pelindung diri tersebut.


Gerakan Komunitas Taman Daun dalam mencegah penyebaran Covid-19 tidak berhenti di situ. Sadar akan minimnya kesadaran masyarakat untuk ikut mencegah penyebarannya, edukasi tentang wabah ini pun dilakukan mulai dari lukisan protokol kesehatan pada wadah cuci tangan hingga penjelasan secara lisan tentang bahaya covid beriringan dengan pembagian masker.


Disaksikan media ini dalam dua hari berturut-turut, mulai Senin hingga Selasa, (14/04/20), saat membagi masker di Pasar Pada Kota Lewoleba, kepada para pedagang juga pengunjung, personil komunitas ini selalu mengawalinya dengan edukasi tentang Covid-19 dan cara-cara sederhana mencegah penyebarannya.


Bahkan ketika para pedagang beramai-ramai mengerumuni anggota komunitas yang sedang membagi masker pun tidak dilayani, sebab bagi mereka, menjaga jarak adalah salah satu cara mencegah penyebaran Covid-19.


Aktivitas komunitas ini pun menyita perhatian publik Lembata. Banyak sekali komentar di media sosial yang mengacungkan jempol atas kerja keras komunitas ini. Ucapan seperti ” Terima kasih Taman Daun” pun membanjir di media sosial.


Lalu darimana dananya hingga komunitas ini begitu gencar membuat pengadaan wadah cuci tangan, masker hingga melakuan edukasi kepada masyarakat Lembata?


Tidak Butuh Dana Besar, Kalau Kita Kompak dan Mau Berkorban


Jhon Batafor, komandan Komunitas Relawan Taman Daun Lembata kepada media ini, Kamis (16/04/20) menjelaskan rahasia di balik massifnya tindakan pencegahan penyebaran Covid-19 yang dilakukan bersama rekan-rekannya.


Menurut Jhon, Dia dan rekan-rekannya mulai menggalakan gerakan pencegahan penyebaran Covid-19 ini, berangkat dari kebiasaan untuk melakukan hal-hal yang sederhana dan mampu dijangkau.


Jhon Batafor (bajuh putih-kiri) dan Rekannya sedang membagi Masker kepada para pedagang ikan di Pasar Pada, Lewoleba Utara. Gambar. Andri

Jhon menuturkan, kebetulan Dia memiliki kapal ikan dan penginapan Home Stay, maka dari hasil tersebut, disisihkan beberapa persen untuk membeli ember dan kran, lalu dirakit menjadi wadah cuci tangan.


Ketika permintaan alat pelindung diri ini dari hari ke hari meningkat drastis, maka kami menyampaikan terbuka kalau kemampuan kami terbatas. Dari situ masyarakat mulai sadar dan berpartisipasi. Dari awalnya menyediakan ember sampai kran, kini hanya kran yang kami siapkan dan masyarakat membawa ember sendiri lalu kami rakit jadi wadah”, tutur Jhon.


Demikian juga dengan pengadaan ribuan masker yang sedang dibagikan. Putra Lamalera ini mengatakan, awalnya bahan untuk menjahit masker diadakan sendiri oleh pihaknya. Namun seiring meningkatnya permintaan masyarakat, pihaknya kewalahan dan menggunakan metode yang sama saat mengadakan wadah cuci tangan.


Dengan demikian bagi Jhon, dana untuk pencegahan penyebaran Covid-19 tak terlalu besar jika ada kekompakan dan pengorbanan.


Ia mencontohkan kalau relawan Komunitas Taman Daun sendiri bukan kumpulan para pengusaha berduit. Mayoritas relawannya adalah pekerja informal musiman, yang sebagiannya merupakan kelompok anak jalanan. Rekan-rekannya ini Ia rangkul dan terbukti ikut terlibat aktif membuat wadah cuci tangan dan menjahit masker.


Di sisi lain, "Saya sangat bahagia karena sebagian anak muda yang saya rangkul ini dulunya adalah kelompok jalanan yang sering melakukan tindakan yang meresahkan masyarakat dan dipandang preman, kini perlahan mereka mulai mencintai aksi sosial kemanusiaan yang digeluti. Artinya bahwa dengan mereka terlibat dalam hal positif maka pola pikir dan prilaku mereka akan perlahan bergeser ke arah yang lebih baik demi Daerah dan Bangsa tercinta untuk Dunia yang lebih baik",tutup John Batafor.


Sumber ( WartaKeadilan.Com )

Our Actuality News : News
Untitled

THE CHARM OF PULAU SIPUT, LEMBATA ISLAND

Pulau Siput is the name of a small island located in Lembata Regency - East Nusa Tenggara - Indonesia.

It called Pulau Siput, the island of shells, because of this expanse of beautiful white sand inhabited by millions of various edible bivalvia clams. 


The existence of this snails island kingdom truly provides a unique and unparalleled favour to the people of Lembata. 

Like a kingdom of gods that will emerge to give blessings to their people, so will this Pulau Siput which will appear when the sea water recedes and will disappear at high tide. This is how it shows the real meaning of the significance of ebb and low where this island will emerge at low tide to feed the locals free and will disappear again after their stomachs are full.


This has been going on since ancient times up to present and has become a routine for local residents.

This place is very easy to explore because it is located close to the city of Lembata. It takes only 5 to 10 minutes to get to this location by using a motor boat that is always ready to take and pick up anybody who want to go there.

With less than USD 10,-  you can enjoy the charm of this island with lots of fun, starting from traditional search for clams to enjoy the stunning panoramic view of the island surrounded by a number of towering mountains as if to become a fortress of the kingdom of Pulau Siput.

This pleasure will certainly carve a unique and unforgetable story in your life because not only being pampered a mesmerizing sunset that slowly disappears behind a mountain that feels very close to you, you can also take home the variety edible bivalvia clams caught by your hand for your fresh and delish dinner. 

 

It is more enjoyable and fun with full of satisfaction if you catch the clams yourself, cook them yourself and eat together before you go to bed at night. The unforgettable moment, the sweet memories will stay with you. 

 

So, what are you waiting for?

Visit Lembata Island.

There are many more pleasures offered that will make your trip feel extraordinary.

Come to Lembata, the more to the East, the more beautiful.


**John s.j

Our Actuality News : News
C4D0A1F3-FEF2-4063-AC5C-120BCB73F979.jpeg

CORONA CRAFT.Ini bukan nama penyakit Corona yang santer mengintai mangsa tetapi ini adalah nama sebuah unit usaha kreatif bidang kerajinan di desa Lamawalang, Kab. Flores Timur. 

Nama Corona diadopsi oleh Saverrapall Corvando menjadi nama unit usaha baru selama bertahan di desa Lamawalang akibat kebijakan Lockdown dari Covid 19. Saverrapall kemudian mengkonversi nama Corona dengan kepanjangan Korak (nama lokal tempurung kelapa) Aplication Nature yang disingkat CORONA.Usaha kreatif Saverrapall dalam skema Corona Craft, boleh diapresiasi Taman Daun sebagai sebuah usaha kreatif yang luar biasa. Betapa tidak, CORONA produk pertama Corona Craft Lamawalang berupa 6 buah lampu cantik nan unik langsung diborong Taman Daun dengan nilai Rp 250.000 per unit.


Dalam obrolan lepas dengan Saverrapall melalui massenger, pemilik Corona Craft ini mengisahkan bahwa, usaha kreatif ini dilakukannya di Desa Lamawalang, Kab. Flores Timur, adalah sebagai sebuah pilihan akibat kebijakan Lembata Lockdown untuk memutuskan mata rantai penyebaran Covid 19. Usaha ini tentunya dapat menjadi topangan hidup selama masih bertahan di Desa Lamawalang. Beber ayah dari Mario dan Moscati ini. 
Disentil soal peralatan kerja atau peralatan produksi, pemilik Mariosca Galery Lembata ini menampiknya bahwa peralatan yang digunakan hanyalah satu unit gerinda tangan yang dipinjam dari tetangga pemilik bengkel kayu. Wow.....hanya satu buah gerinda tangan hasilnya seperti ini? Walau dengan peralatan yang terbatas, sebagai seniman craft dia tetap berusaha menghasilkan produk yang paling tidak bisa memuaskan pelanggan. Tampik penggagas Perda Perlindungan TKI asal Lembata ini.


Saverrapall Corvando bersama keluarga berada di desa Lamawalang sudah mencapai 2 bulan lebih sejak 15 Maret 2020. Kepergian mereka ke Flores timur, disebabkan oleh ibunda dari isterinya Ermelinda Kelen yakni mama Maria Ina Maran yang meninggal dunia. Setelah urusan kedukaan selesai dan mereka hendak pulang tetapi tidak ada pelayanan pelayaran akibat Pemerintah daerah Lembata menerapkan lockdown dengan menutup semua akses masuk ke Pulau Lembata.Dari situlah barang ini menjadi pilihan kreatifnya dengan lampu-lampu cantik produk CORONA CRAFT.
**John s.j.

Our Actuality News : News

Subscribe Form

Thanks for submitting!

Pulau Lembata, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Tim., Indonesia

+6282145822327

  • Facebook

©2020 by Taman Daun. Proudly created with Wix.com

bottom of page